Apa itu Tsunami?
Tsunami merupakan becana alam salah satunya diakibatkan oleh dislokasi kerak bumi terjadi di dasar laut dan sangat sulit untuk diprediksi kapan akan terjadi Tsunami tidak hanya disebabkan oleh kekuatan gempa tektonik dengan dislokasi dasar laut, tetapi juga oleh longsoran tanah/batuan pada perairan dangkal, ataupun jatuhnya meteor/benda langit yang relatif besar Apabila sejumlah massa material (berupa tanah/batuan) yang masuk kekedalaman laut atau perairan serta terjadi dalam waktu relatif cepat, maka masa sebuah air akan berkumpul di sekitar masa material (berupa tanah/batuan), lalu masa air akan segera bergerak berpindah dan menempati area yang lebih luas menuju perairan bebas sebagai gelombang tsunami.
Gerakan dari longsoran material dapat bisa terjadi di kedalaman laut. Perubahan volume dari total air laut tidak akan terjadi, yang akan terjadi adalah perubahan dari posisi dasar laut yang akan mengakibatkan ada daya dorong dari masa material yang bisa menggeser masa air sehingga dapat menimbulkan energi dan terjadinya kemungkinan perubahan elevasi permukaan air laut, ditentukan oleh kecepatan dislokasi serta volume masa bergeser relatif cepat terhadap masa air di atasnya. Jika dislokasi signifikan cepat lalu mendekati kecepatan jalar gelombang, bisa menyebabkan perubahan elevasi di permukaan air laut dan mengikuti perubahan bentuk dari dasar laut. Apabila sebuah kecepatan dislokasinya yang lambat, tidak terlalu banyak. Longsoran di lau kedalaman tidak akan mengakibatkan tsunami, sedangkan longsoran di permukaan dangkal laut, sangat bisa memungkinkan terjadi tsunami. Longsoran ini dengan kecepatan dislokasi yang signifikan cepat pada perairan dangkal akan sangat memungkinkan terjadinya bencana tsunami.
Cara kerja sensor Tsunami
Tsunami banyak terjadi daerah yang dekat ke pantai, yang diakibatkan oleh bergesernya lempeng bumi. Gejala terjadinya Tsunami dapat dilihat dari terjadinya arus pasang yang mengakibatkan naiknya tinggi permukaan laut. Untuk itu, di laut yang dekat dengan pantai biasanya ditempatkan sensor yang akan mendeteksi terjadinya kenaikan tinggi permukaan laut.
Secara teknis, cara kerja sensor tersebut adalah sebagai berikut:
Gejala awal dari tsunami adalah air surut yang melebihi batas maksimum secara mendadak dan cepat kemudian akan terjadi gelombang pasang. Pada sebuah sistem ini, jika pasang surut air masih dalam batas garis kendali wajar ( lihat Gambar ), maka sensor tidak akan bekerja. Menentukan batas maksimum dari air pasang maupun batas maksimum ketika air surut (dengan melakukan penelitian ).
Ketika terjadi tsunami, air surut melewati sensor :
1. Ketika sensor 1 terlewati air, maka lampu kuning akan menyala disertai dengan alarm 1. Ini menandakan bahwa kemungkinan besar terjadi bencana tsunami. Ketika akan terjadinya gelombang pasang, lalu menyentuh sensor 2, maka lampu merah akan menyala dan disertai alarm
2. Ini menandakan telah terjadi bencana tsunami.
Saat tsunami akan terjadi terdapat beberapa lampu dan alarm yaitu lampu kuning, lampu merah, alarm 1, dan alarm 2 akan terus menyala hingga tombol ON/OF pada stasiun alat pengamatan ditekan kembali.
Terimakasih sudah berkunjung, semoga materinya bermanfaat